Wednesday, May 30, 2007

Life Is Beautiful

Pada suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang istri. Dia
mencintai istri yang keempat, dan menganugerahinya harta dan kesenangan yang banyak.

Sebab, dialah yang tercantik diantara semua istrinya. Pria ini selalu memberikan yang terbaik
buat istri keempatnya ini.


Pedagang itu juga mencintai istrinya yang ketiga. Dia sangat bangga dengan
istrinya ini, dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita ini kepada
semua temannya. Namun, ia juga selalu khawatir kalau istrinya ini akan lari
dengan pria yang lain.

Begitu juga dengan istri yang kedua. Ia pun sangat menyukainya. Ia adalah
istri yang sabar dan pengertian. Kapanpun pedagang ini mendapat masalah, dia
selalu meminta pertimbangan istrinya ini. Dialah tempat bergantung. Dia
selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit.

Berbeda halnya dengan istri yang pertama, sang pedagang, tak begitu
mencintainya. Meskipun istri pertama ini begitu sayang padanya dan sangat
setia. Dia yang selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini, serta
Dialah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha sang suami.
Namun,
pedagang ini tak begitu mempedulikannya.

Suatu ketika, si pedagang sakit. Lama kemudian, ia menyadari, bahwa ia akan
segera meninggal. Dia meresapi semua kehidupan indahnya, dan berkata dalam
hati. "Saat ini, aku punya 4 orang istri. Namun, saat aku meninggal, aku
akan sendiri. Betapa menyedihkan jika aku harus hidup sendiri."

Lalu, ia meminta semua istrinya datang, dan kemudian mulai bertanya pada
istri keempatnya. "Kaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan
perhiasan yang indah. Nah, sekarang, aku akan mati,

maukah kau mendampingiku dan menemaniku?" Ia terdiam.
"Tentu saja tidak" jawab istri keempat, dan
pergi begitu saja tanpa berkata-kata lagi.
Jawaban itu sangat menyakitkan
hati. Seakan-akan, ada pisau yang terhunus dan
mengiris-iris hatinya.


Pedagang yang sedih itu lalu bertanya pada istri ketiga. "Akupun mencintaimu
sepenuh hati, dan saat ini, hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku,
dan menemani akhir hayatku?" Istrinya menjawab "Hidup begitu indah disini.
Aku akan menikah lagi jika kau mati". Sang pedagang begitu terpukul dengan
ucapan ini. Badannya mulai merasa demam.

Lalu, ia bertanya pada istri keduanya. "Aku selalu berpaling padamu setiap
kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku butuh sekali
pertolonganmu. Kalau ku mati, maukah kau ikut dan mendampingiku?"
Sang istri
menjawab pelan. "Maafkan aku," ujarnya "Aku tak bisa menolongmu kali ini.
Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur saja.
Nanti, akan kubuatkan
makam yang indah buatmu".
Jawaban itu seperti kilat yang menyambar. Sang
pedagang kini merasa putus asa.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara. "Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut
kemanapun kau pergi. Aku, tak akan meninggalkanmu, aku akan setia
bersamamu". Sang pedagang lalu menoleh ke samping, dan mendapati istri
pertamanya disana. Dia tampak begitu kurus. Badannya tampak seperti orang
yang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, "Kalau saja,
aku bisa merawatmu lebih baik saat ku mampu, tak akan kubiarkan kau seperti
ini, istriku."

Teman, sesungguhnya kita punya 4 orang istri dalam hidup ini. Istri yang
keempat, adalah tubuh kita. Seberapapun banyak waktu dan biaya yang kita
keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah, semuanya akan
hilang. Ia akan pergi segera kalau kita meninggal. Tak ada keindahan dan
kegagahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya.

Istri yang ketiga, adalah status sosial dan kekayaan. Saat kita meninggal,
semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah, dan melupakan
kita yang pernah memilikinya.

Sedangkan istri yang kedua, adalah kerabat dan teman-teman. Seberapapun
dekat hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan bisa bersama kita
selamanya. Hanya sampai kuburlah mereka akan menemani kita.

Dan, teman, sesungguhnya, istri pertama kita adalah jiwa dan amal kita.
Mungkin, kita sering mengabaikan, dan melupakannya demi kekayaan dan
kesenangan pribadi. Namun, sebenarnya, hanya jiwa dan amal kita sajalah
yang
mampu untuk terus setia dan mendampingi kemanapun kita melangkah.

Hanya amal yang mampu menolong kita di akhirat kelak. Jadi, selagi mampu,
perlakukanlah jiwa dan amal kita dengan bijak. Jangan sampai kita menyesal
belakangan.

Rery Indra
TNM-E20
www.reryindra.blogspot.com

1 comment:

WURYANANO said...

Tulisan yang menarik mas Rery Indra Kusuma.
Suatu kiasan yang menginspirasi.
Bagus. Terus menulis mas.

Sukses selalu,

Wuryanano